Setelah ratusan tahun dijajah, pemerintah RI gencar untuk menghilangkan mental
dijajah yang sudah melekat pada diri sebagian rakyat. Dan Bung Karno melalui
pidatonya menenkankan
“KITA BANGSA BESAR, JANGAN PERNAH MENJADI BANGSA YANG BERMENTAL TEMPE.
LEBIH BAIK MISKIN TAPI MERDEKA, DARIPADA KAYA TAPI MENJADI BUDAK.”
Bukan berarti bangsa ini lebih baik miskin terus. Bangsa ini harus berjuang
merubah nasibnya sendiri agar bisa
MENJADI BANGSA BESAR, KAYA DAN MERDEKA. “TUHAN TIDAK AKAN MERUBAH NASIB
SUATU BANGSA, SEBELUM BANGSA ITU MERUBAH NASIBNYA.”
Bung Karno juga menekankan, harus percaya pada kekuatan bangsa sendiri. Hapus
mental inlander yang kamu punya. Bagaimana bisa hidup berbangsa, jika tidak
mempunyai rasa percaya diri terhadap bangsa sendiri? Selalu minder, merasa
kecil, merasa tidak ada apa-apanya dengan bangsa lain. Bukankah membangun
bangsa yang besar harus berawal dari nol? Dan keyakinan yang paling utama
adalah HARUS PERCAYA PADA KEKUATAN BANGSA SENDIRI. Itulah kenapa
pemerintahan di bawah kepemimpinan Bung Karno mengirim berbagai pelajar dari
Indonesia untuk bersekolah di luar negeri. Agar ketika pelajar-pelajar itu
pulang, mereka akan membangun Indonesia dengan ilmu-ilmu yang mereka dapatkan
dari luar negeri. Namun karena permasalahan politik dalam negeri, para
pelajar-pelajar itu tidak bisa pulang karena berbagai alasan. Salah satunya
adalah paspornya dicabut karena tidak mau mengutuk pemerintahan Bung Karno dan
mendukung penguasa baru setelah Bung Karno dilengserkan. Orang-orang
menyebutnya sebagai “satu generasi intelektual yang hilang” (Baca lebih lanjut
di
Vice).
Go to hell with your aid!
Bung Karno juga menolak segala bantuan dari negara lain/lembaga dunia yang
memberi bantuan dengan embel-embel. Itulah sebabnya, Indonesia akur dengan
Amerika Serikat terjadi pada zaman pemerintahan John F. Kennedy. Setelah itu,
Indonesia lebih dekat ke blok timur yang memberi bantuan tanpa embel-embel.
Puncaknya adalah keluar dari IMF karena AS memanfaatkan IMF untuk menarik
dukungan Indonesia ke AS yang mana waktu itu sedang terjadi perang dingin.
つづく
***
Mental Inlander: keyakinan bahwa nilai budaya penjajah lebih unggul
daripada nilai yang dimilikinya sendiri. Mental Inlander ditandai dengan
tidak dimilikinya rasa percaya diri sebagai sebuah bangsa, memandang bangsa
lain jauh lebih hebat dan maju.