Berawal dari melihatmu di hari itu,
Membuatku bertanya siapakah dirimu?
Dari hari ke hari
Aku masih mengamatimu
Bukan dari dekat, tapi dari jauh.
Semakin aku tertarik kepadamu,
Mungkin hanya rasa suka biasa?
Bukan, bukan biasa
Ini tak pernah kurasakan sebelumnya.
Aneh,
Apakah ini yang dikatakan oleh orang-orang sebagai "jatuh cinta”?

Semakin lama,
Aku mengetahui dirimu
Tapi aku belum mengenalmu lebih jauh.
Kamu mengajakku berbicara di hari itu.
Tau apa yang aku rasakan?
Senang, deg-degan, grogi bercampur menjadi satu.
Tapi tetap,
Aku masih belum berani mendekat.
Sampai suatu hari aku mendengar selentingan kabar
Kamu menjalani cinta dua arah

Tak apa kalau benar,
Itu keinginanmu.
Tapi aku tetap masih menyimpan rasa itu,
Sampai saatnya hari kelulusan tiba,
Sebenarnya aku ingin berbicara denganmu
Tapi tiba-tiba keberanianku menghilang.
Dan aku dengar, kamu melanjutkan pendidikan di kota yang berbeda denganku.

Sudah bertahun-tahun,
Rasa itu masih ada.
Karena aku bertekad untuk menyatakannya.
Aku kirim pesan singkat, mengajakmu bertemu.
Sebenarnya aku ragu-ragu, tapi aku nekat.
Aku tidak ingin menahannya lebih lama lagi.
Aku berharap kamu membalas dengan cepat, tapi harapan memang sering tidak sesuai kenyataan.
Berhari-hari telah berlalu, aku mendapat pesan darimu.
Yang kutunggu adalah balasan darimu, namun yang kudapat balasan dari pasanganmu.
Ya, aku didahului (lagi)
Entah yang berapa kali.

Tapi tak apa, aku sudah merasa nyaman dengan cinta searah yang kujalani.
Walau aku tahu itu adalah bodoh.

***

“bukan cerita nyata, dan aku berharap itu tidaklah nyata.”